Konser dua hari Big Bang memang sudah lewat. Malah, sudah sempat ditayangkan di salah satu stasiun televisi. Namun, terlepas dari demam yang sudah terobati, lautan “lightstick” mahkota berwarna kuning yang disimpan GD yang sudah kembali ke Korea, ada tiga pelajaran yang bisa dipetik dari konser Big Bang di Jakarta.
Semoga setelah konser Big Bang, konser grup negeri sendiri atau manca negara (baik Barat maupun Asia) bisa menyuguhkan konser dengan kualitas dan keriaan yang sejajar dengan konser di pinggir pantai itu.
Berani tampil lengkapSemoga setelah konser Big Bang, konser grup negeri sendiri atau manca negara (baik Barat maupun Asia) bisa menyuguhkan konser dengan kualitas dan keriaan yang sejajar dengan konser di pinggir pantai itu.
Jajaran grup Korea yang mampir di Jakarta setahun terakhir ini selalu menampilkan konsep dan rutinitas yang sama. Memamerkan tampang ganteng, postur tubuh yang membuat penonton ternganga, keseragaman koreografi yang monoton dan (yang paling menyebalkan) tampil dengan musik pengiring rekaman.
Hal yang terakhir ini memang akan membawa muatan rombongan ringan dan penekanan biaya akomodasi yang cukup signifikan, tetapi jelas menghilangkan unsur improvisasi dan spontanitas artis saat menyanyi langsung.
Big Bang memberi warna lain. Di rangkaian tur ini, Big Bang membawa sekitar tujuh musisi untuk menghidupkan suguhan mereka. Dan, sebagai bonus, musisi yang didapuk menjadi band penggiringnya semua musisi Barat. Ini tentunya memberi dinamika menarik dalam boyband yang anggotanya bukan lahir dan besar di dunia Barat dan bahasa Inggris bukan bahasa ibu mereka.
Salah kaprah K-pop
Setelah menyaksikan konser Big Bang kemarin, ketahuan bahwa banyak yang salah kaprah tentang grup asuhan YG ini. Jika menyimak suguhan hidup musik G-Dragon, T.O.P, Seungri, Taeyang dan Daesung ini, adalah salah kaprah jika Big Bang dimasukkan ke dalam kategori K-pop.
Mereka lebih tepat disebut sebagai grup hip-hop. Dengan GD dan T.O.P menghidupkan panggung dengan repetan rap campur Inggris dan Korea plus anggota palin gmuda Seungri yang ternyata mahir beatboxing, nyawa musik hip-hop pun terasa kental. Pencitraan mereka pun sangat mendukung penjiwaan musik mereka yang menggunakan kostum gaya jalanan dan para rapper sekarang yang penuh dengan kerlap-kerlip dan merek kelas atas.
Bahkan gaya berjalan Taeyang, GD dan T.O.P yang berlagak itu sulit untuk tidak dibandingkan dengan gaya berjalan Lil’ Wayne atau rapper lainnya.
Berani skala besar
Produksi untuk menggelar konser Big Bang ini terlihat tidak setengah-setengah. Tidak hanya dari sisi formasi band yang gemuk dan kostum-kostum dengan model paling mutakhir, produksi panggung yang menggunakan semua aspek teknologi panggung terbaru (panggung dua tingkat, panggung pompa, tali gantung), penataan lampu spot berbagai detail dan warna, rombongan penari yang juga tidak kalah gemuk dengan band pendukung hingga properti panggung pendukung lain (sayap Daesung dan sepeda Taeyang dan kendaraan TOP dan GD).
Jadi, rasanya wajar jika promotor musik besar sekelas Live Nation (Madonna dan Jay-Z) mau bekerja sepenuh hati menggelar rangkaian tur grup dari kubu Asia ini. Mereka yang belum pernah menonton konser J-pop pasti akan ternganga melihat produksi panggung Big Bang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar